Israel Luncurkan Operasi "Lion Rise", Serangan ke Iran Dorong Ketegangan Dunia

Makersware - Jumat (13/6) mungkin dicatat dalam sejarah sebagai momen kritis untuk kedamaian di planet ini. Pada saat-saat gelap malam awal, Israel mengirimkan serbuan militernya secara masif ke arah Iran, menyulut tensi internasional dan khawatir akan ledakannya konflik lokal menjadi lebih luas.

Tel Aviv menyatakan bahwa mereka telah melancarkan Operasi Lion Rise, serangan militer mendadak yang menyerang lebih dari 12 wilayah di Iran, mencakup pusat pemerintahan Tehran serta kota penting lainnya seperti Tabriz.

Sasarannya mencakup instalasi nuklir yang dipertanyakan, jaringan pertahanan udara, sampai tempat tinggal dan kantor para petinggi militer. Laporan media resmi Iran menyatakan bahwa sejumlah komandan senior IRGC meninggal dunia akibat dari serangan tersebut.

Tindakan ini pun cepat dijuluki otoritas Iran sebagai bentuk perang yang paling langsung dalam riwayat perseteruan tersembunyi jangka panjang antar kedua negeri tersebut.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, diketahui sedang berusaha mencapai dua sasaran utama: mencegah progam nuklir Iran yang diyakini hampir sampai ke tahap produksi senjata, sekaligus mendesak Teheran untuk taat terhadap kesepakatan nuklir baru yang akan memberikan manfaat lebih banyak kepada Amerika Serikat dan Israel.

Namun, serupa dengan kegagalan mereka dalam menghancurkan Hamas sepenuhnya, banyak orang merasa cemas bahwa ambisi tersebut malah akan mengeraskan konflik di wilayah tersebut. Seperti yang dikutip dari Al-Jazeera.

Walaupun Iran sudah membalas dengan serangan-serangan dron, seperti yang terlihat di bulan April dan Oktober tahun lalu, kebanyakan dari serangan tersebut dapat dicegah oleh sistem pertahanan Israel dan Yordania. Akan tetapi, situasi saat ini jauh lebih mengkhawatirkan.

Apabila Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menganggap keberadaan Republik Islam sedang menghadapi ancaman besar, respon dari Teheran mungkin akan merambah area yang jauh melebihi perbatasan Israel.

Para sumber intelijen di Tel Aviv sempat menyatakan bahwa Iran berada dalam hitungan minggu saja untuk mencapai tahap akhir pengembangan senjata nuklir, sebuah pernyataan yang mendorong kebijakan militernya oleh Israel. Walaupun pandangan tersebut menjadi bahan diskusi hangat bagi dunia internasional, konsekuensinya saat ini telah dirasakan dengan jelas.

Perang ini tidak sekadar pertikaian antara dua negeri saja. Diperkirakan Iran bakal mengembangkan serangan terhadap basis-basis tentara Amerika Serikat yang ada di wilayah Teluk, mencakup Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab, serta Yordania.

Penyerangan ke daerah itu diharapkan dapat mendorong Amerika Serikat untuk turun tangan secara langsung, hal ini bisa menimbulkan konflik skala besar yang berdampak pada pasokan energi internasional, lebih-lebih melewati Selat Hormuz, yaitu rute utama ekspor minyak global.

Kenaikan harga minyak serta goncangan di pasar keuangan global sekarang tidak hanya mungkin terjadi, tetapi sudah menjadi ancaman yang nyata.

Di luar tanggapan militernya, Iran disebut-sebut sedang memikirkannya dengan serius untuk meninggalkan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Jika hal ini terjadi, maka kontrak hukum tersebut tidak lagi bisa digunakan oleh Iran sebagai dasar menyangkal tuduhannya tentang kepemilikan senjata nuklir.

Justru, kabar berhembus di antara elit Iran tentang peluang pencabutan fatwa oleh Khamenei yang sebelumnya menentang pembangunan senjata nuklir.

Apabila pembatasan tersebut secara resmi dicabut, global akan berhadapan dengan Iran yang terang-terangan mencari senjata nuklir, situasi ini dapat mendorong persaingan senjata massal di kawasan Timur Tengah.

No comments